PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DAN ANALISIS
KUANTITATIF
DALAM KARAKTERISASI CITRA MIKROSKOPIK
M.
Syamsa Ardisasmita
Pusbangteklnformatika
dan Komputasi -BATAN Kawasarl PUSPIPTEK Serpong 15310
ABSTRACT
THE DIGITAL IMAGE PROCESSING AND QUANTITATIVE ANALYSIS IN MICROSCOPIC
IMAGE CHARACTERIZATION. Many electron microscopes although have produced
digital images, but not all of them are equipped with a supporting unit to
process and analyse image data quantitatively. Generally the analysis of image
has to be made visually and the measurement is realized manually. The
development of mathematical method for geometric analysis and pattern
recognition, allows automatic microscopic image analysis with computer. Image
processing program can be used for image texture and structure periodic
analysis by the application of Fourier transform. Because the development of
composite materials, Fourier analysis in frequency domain become important for measure
the crystallography orientation. The periodic structure analysis and crystal
orientation are the key to understand many material properties like mechanical
strength, stress, heat conductivity, resistance, capacitance and other material
electric and magnetic properties. In this paper will be shown the application
of digital image processing in microscopic image characterization and analysis
in microscopic image.
1. PENDAHULUAN
Mikroskop adalah alat yang memungkinkan perbesaran citra obyek untuk mengamati
rincian dari obyek tersebut. Perkembangannya mulai dari mikroskop optik yang
menggunakan satu seri lensa gelas untuk membelokkan gelombang cahaya tampak
agar menghasilkan citra yang diperbesar, mikroskop petrografik, mikroskop
medan-gelap, mikroskop rasa, mikroskop ultraviolet, mikroskop medan dekat dan
mikroskop elektron yang menggunakan berkas electron untuk mengiluminasi obyek.
Jenis mikroskop optic umumnya tidak dapat membentuk citra yang lebih kecil dari
pada panjang gelombang cahaya yang digunakan, jadi kekuatan perbesaran
mikroskop optik dibatasi oleh panjang gelombang cahaya. Elektron memiliki
panjang gelombang yang jauh lebih kecil daripada panjang gelombang cahaya, jadi
mikroskop elektron dapat melihat struktur yang lebih kecil. Panjang gelombang
cahaya tampak terkecil adalah 4.000 angstroms, sedangkan panjang gelombang
elektron yang digunakan pada mikroskop elektron biasanya dalam orde angstrom
tergantung tegangan pemercepat yang digunakan (λ=√150/V). Dengan mikroskop
elektron dapat diperoleh perbesaran obyek dengan resolusi tinggi sampai ratusan
ribu kali dibandingkan mikroskop optic yang maksimum hanya dua ribu kali
perbesaran dengan rincian obyek kurang terlihat dengan jelas. Daya pemisah yang
besar pada mikroskop elektron dapat diturunkanmdari persamaan limit resolusi
suatu lensa:
D =
0,61 λ / (n sin ᶿ).
Ada dua jenis mikroskop elektron: mikroskop eletron transmisi (TEM- transmission
electron microscope) dan mikroskop elektron sapuan (SEM–scanning electron
microscope). Setiap mikroskop electron memiliki senapan elektron yaitu sumber
filamen yang dipercepat oleh suatu pelat anoda yang memancarkan berkas elektron
untuk mengiluminasi lembaran cuplikan. Lensa magnetik silinder dibuat untuk
mengfokuskan elektron sehingga diperoleh citra obyek pada system penyimpan alau
penampil. Pada TEM, berkas electron dipancarkan langsung melalui obyek yang
akan diperbesar, sebagian diserap dan sebagian lainnya dilewatkan. Obyek
tersebut harus dipotong sangat tipis agar dapat dilihat dengan TEM yaitu tebalnya
harus lebih kecil dari beberapa ribu angstrom. Biasanya pelat fotografi atau
layar flouresensi ditempatkan dibelakang cuplikan untuk menangkap citra dan
perbesaran yang dihasilkan bisa mencapai satu juta kali.
Sedangkan pacta SEM, berkas elektron difokuskan tajam dan digerakkan
sepanjang cuplikan. Berkas electron tersebut dihamburkan langsung oleh cuplikan
membentuk elektron pantulan balik (backs-cattereda) atau menghasilkan pancaran
elektron sekunder. Pancaran elektron sekunder dan backscattered ini dihimpun
dan dicacah oleh detektor sekunder atau detektor backs-caller yang diletakkan
dekat cuplikan, kemudian diubah menjadi tegangan dan dikuatkan oleh rangkaian
penguat. Formasi citra pada SEM tidak secara langsung jika dibandingkan dengan
TEM. Sapuan pacta cuplikan membetuk elemen gambar (pixel) pada monitor televisi.
Jumlah cacah akan memberikan keterangan dari pixel. Citra permukaan cuplikan
sebagai basil sapuan elektron terlihat dipeIbesar pacta layar tabung televisi.
Sifat yang menarik pacta SEM adalah memberikan tingkat perbesaran yang tinggi
dan kedalaman fokus yang besar. Tidak seperti pacta TEM, SEM dapat
memperlihatkan rincian daTi permukaan obyek dalam kualitas tiga-dimensi.
Karena umumnya basil yang
diperoleh dari pengamatan mikroskop berupa gambar fotografi, analisis biasanya
dilakukan secara visual. Walaupun system pencitraan mikroskop elektronik sudah
bempa citra digital tetapi belum seluruhnya dilengkapi perangkat penunjang untuk
melakukan pengolahan dan analisis citra secara kuantitatif. Pada peralatan
tersebut, umumnya analisis dilakukan secara visual dan pengukuran, misalnya
luas dan keliling obyek dilakukan secara manual. Kesulitan akan dihadapi jika
jumlah obyek besar, bentuknya tidak beraturan dan acta pula yang saling
bertindihan. Jika dapat dilakukan otomatisasi pengukuran parameter obyek tentu
akan sangat membantu kecepatan analisis dan ketepatan interpretasinya. Oleh
karena itu perlu dikembangkan sistem pengolahan citra serbaguna yang andal dan
murah dengan menerapkan berbagai metoda matematika baru untuk pengolahan,
analisis dan interpretasi citra digital daTi suatu sistem pencitraan. Transformasi
Fourier merupakan perangkat matematika penting dalam pengolahan sinyal dan
analisis citra digital, yaitu untuk menghubungkan antara domain spasial dengan
domain frekuensi. Pacta domain frekuensi dapat dilakukan peIbaikan kualitas
penampilan cilIa dan beberapa koreksi linear yang menjadi somber degradasi
seperti kurang fokusnya gambar yang menyebabkan kekaburan.
Transformasi Fourier dua dimensi dipergunakan untuk menghitung spektrum
energi citra pada domain frekuensi. PeIbaikan penampilan citra dan koreksi
linear dapat dilakukan dengan filter komponenkomponen frekuensi. Pilihan jenis
filter tergantung pada frekuensi guling dari peralatan sistem optik dan factor
linear yang menyebabkan kualitas citra mengalami degradasi. Setelah itu
transformasi Fourier balik pada komponen-komponen frekuensi akan mengembalikan
citra terkoreksi ke domain spasial. Karena data citra digital sangat besar maka
untuk meningkatkan waktu perhitungan algoritma transformasi Fourier cepat
(FFT).
2. PRINSIP
PEMBENTUKKAN CITRA PADA MIKROSKOP ELEKTRONIK
Gambar 1 memperlihatkan bahwa lensa proyektor dan lensa obyektif
memperbesar citra obyek. Dengan memperlakukan elektron sebagai gelombang maka
dapat kita sederhanakan ada tiga bidang pada mikroskop elektronik yang kita
gunakan untuk menghitung amplituda kompleks dari gelombang medan elektron.
SenapanE
lektron
Gambar.
1 Prinsip pembentukanc itra pada mikroskop electron
2.1. Bidang obyek
Untuk mengetahui gelombang medan yang keluar dari pennukaan obyek maka harus
kita ketahui sifat –sifat fisik dari interaksi antara elektron tersebut dengan
obyek. Menumt Cowley dan Moodie (1957) interaksi antara suatu berkas elektron
dengan obyek dapat digambarkan dengan pendekatan mullislice dimana elektron
menjalar melalui lapisan-lapisan obyek dan dihamburkan oleh potensial kristal.
Hamburan elektron ini dapat dinyatakan dengan fungsi fasa-kisi (fungsi
transmisi obyek), fungsi kompleks dari proyeksi potensial dan fungsi propagasi elektron.
2.2. Bidang
fokallensa obyektif
Gelombang medan elektron pada bidang fokal dati lensa dapat diturunkan
dengan menggunakan transformasi Fourier dari medan gelombang yang keluar dari
permukaan obyek. Hasilnya adalah distribusi amplitudo difraksi dati pembuka
obyektif.
2.3. Bidang citra
Medan gelombang elektron pada bidang citra diturunkan dari medan
gelombang pada bidang fokal lensa obyektif dengan memperhitungkan pengaruh dari
lubang lensa obyektif dan perubahan rasa yang diakibatkan oleh lensa obyektif.
Jadi untuk menghitung amplitudo citra harus ditentukan fungsi tranfer lensa dan
fungsi lubang lensa terlebih dahulu. Masalah untuk mensimulasi citra mikroskop elektron
menjadi masalah untuk menghitung medan gelombang elektron pada tiga bidang
mikroskop diatas. Elektron sangat peka terhadap potensial kristal sehingga mikroskop
elektron resolusi tinggi sangat terkait dengan distribusi potensial di dalam
kristal. Akibatnya besarnya hamburan elektron-elektron oleh bahan tergantung
pada ketebalan kristal. Sistem pencitraan mikroskop electron dapat
dikarakterisasikan oleh fungsi transfer yang mengubah amplitudo daD rasa
komponen-komponen Fourier. Artinya citra-citra mikroskop elektron resolusi tinggi
sangat tergantung pada ketebalan cuplikan dan fungsi transfer mikroskop
(defokus).
3. ANALISIS FOURIER
3.1. Transformasi
Fourier Diskrit
Transformasi
Fourier diskrit dipergunakan untuk menghitung spektrum amplituda dan rasa dari
suatu sinyal. Jika diperoleh N buah data hasil pencuplikan dalam domain waktu
dari suatu fungsi x, maka transformasi Fourer diskrit fungsi tersebut
didetinisikan sebagai:
Hasil dari perhitungan ini merupakan bilangan kompleks yang dinyatakan
dengan :
dimana Xreal, dan Ximage adalah harga nilai real dan nilai imajiner dari
spektrum. Jika dipecah dalam komponen modul amplituda dan rasa spektrum menjadi
:
Modul spektrum
Fourier dinyatakan dengan :
daD sudut rasa
spectrum
Citra mikroskopik dapat dikatakan sebagai sinyal dua dimensi, yang
digambarkan dalam bentuk fungsi dua peubah f(x,y). Peubah x dan y menyatakan koordinat spasial dan nilai fungsi
rnenyatakan intensitas cahaya. Transformasi Fourier diskrit dua dirnensi dari
fungsi f(x,y) dinyatakan dengan:
dengan
N adalah jumlah baris dan M jumlah kolom.
3.2. Fungsi
Transfer Mikroskop
Fungsi transfer mikroskop ada.lah tanggap frekuensi dalam bentuk
frekuensi spasial dari suatu sistem yang berhubungan dengan distribusi
sinusoida dari intensitas cahaya pada bidang obyek. Gambar 3 memperlihatkan
fungsi transfer modulasi dari suatu system optic yang mengalami defokalisasi
tanpa adanya aberasi yang dihitung dengan metoda analitis oleh Hopkins.
Filterisasi dalam domain frekuensi dilakukan dengan mengalikan fungsi
transfer optik H(u, v) dengan spektrum frekuensi F(u, v) sehingga diperoleh spectrum
citra yang telah terkoreksi. G(u, v) == H(u, v).F(u, v) Setelah itu
transformasi Fourier inverse pada komponen-komponen frekuensi akan
mengembalikan citra terkoreksi G(u, v) dari domain frekuensi ke domain spasial.
Hasilnya adalah citra yang bebas dari degradasi alan penajaman pada
komponen-komponen tertentu yang lebih ditonjolkan. Hasilnya terlihat pacta
spektrum frekuensi berupa titik-titik terang vertikal. Jika titik -titik terang
vertikal tersebut dihilangkan, maka akan diperoleh citra awal tanpa gangguan
pola-pola pita horizontal dari latar belakang.
Gambar 4a meperlihatkan citra obyek dengan latar belakang pita-pita
horizontal. Kemudian dilakukan transformasi Fourier sehingga menghasilkan spectrum
frekuensi citra pada gambar 4b. Filter dilakukan pada spektrum frekuensi dari
titik-titik vertikal yang berhubungan dengan pola pita-pita horizontal (Gambar
4c). Akhirnya dengan transformasi Fourier inverse diperoleh citra tanpa
pola-pola pita (Gambar 4d). Analisis Fourier dapat digunakan untuk mengukur
posisi, area dan parameter partikel emas dari suatu citra. Gambar 5
memperlihatkcm bahwa elemen-elemen periodik partikel emas dalam daerah pengamatan
segi-empat adalah mempunyai struktur periodik dari kanan atas ke kiri bawah.
Perhitungan jarak garis aJltclfa dua posisi batas spektra ditunjukkan pada
kotak control yaitu 8,71 (I/nm). Makajarak rucmg dari partikel awllah 4,35
(I/nm) atau 0,23 nm, yang berhubungan dengan bidangkisi [1,1,1].
Gambar 4. Filter
untuk menghilangkan pola-pola pita pada citra awal.
Gambar 5. Analisis
metrik spektrum frekuensi citra partikel emas.
4.2. Penajaman
struktur periodik citra
Pengolahan citra dengan metoda Fourier dapat juga dilakukan untuk
menajamkan struktur periodik dari suatu citra. Gambar 6 memperlihatkan
tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menajamkan struktur periodik citra Mikroskopik
grafit karbon. Pengamatan dari spectrum frekuensi memperlihatkan adanya cincin
puncak terang yang berhubungan dengan granularity pada citra awal. Dengan
melakukan mask kita dapat memperoleh spektrum frekuensi yang berhubungan dengan
transformasi Fourier struktur granularity tersebut. Transformasi Fourier
inverse memberikan citra dari struktur granularity pacta domain spasial. Dengan
melakukan operasi penambahan dua kali citra struktur granularity ke citra awal
(f + 2i) kita dapat memperoleh citra mikroskopik graftt karbon yang lebih jelas.
4.3. Perbaikan
out-of-focus dengan dekonvolusi digital
Perbaikan degradasi citra akibat kurang fokusnya pengambilan dilakukan
dengan perhitungan parameterparameter defokalisasi. Parameter-parameter kritis
yang harus diperhatikan pada TEM adalah fokus, astignmatism dan ketidak tepatan
penempatan.
5. KESIMPULAN
Perkembangan metoda matematik baik untuk analisis bentuk maupun untuk
pengenalan pola, memungkinkan dapat dilakukannya analisis citra secara otomatis
menggunakan komputer. Program pengolahan citra tersebut dapat digunakan untuk
ana.lisis tekstur dan struktur periodik da.iam digital mikrografi dengan menggunakan
transformasi Fourier. Penggunaan analisis Fouriertemtama untuk mengkoreksi
pola-pola gangguan yang bersifat periodik. Dengan berkembangnya bahan-bahan
komposit, analisis kuantitatif untuk mengukur jumlah orientasi kristalografi
menjadi sangat penting. Analisis struktur periodik dan orientasi kristal adalah
kunci untuk memahami banyak sifat-sifat material seperti kekuatan mekanik dan
kelenturan, konduktivitas panas, resistensi daD kapasitansi listrik, dan
sifat-sifat listrik dan magnit bahan.
6. DAFTAR PUSTAKA
[I]. M.BORNANDW.
WOLF, "Principles of Optics",
1980, Pergamon
Press.
[2]. M.COWLEY
ANDA.F.MOODIE,ActaCry.'Jt. 1957,
10609-619.
[3]. MCOWLEY
ANDA.F.MOODIE,ActaC'ry.~t.1959.
12,353-357.
[4]. K. ISHIZUKA,
Ultramicroscopy, 1980,5,55-65.
[5]. C.S. WILLIAMS
AND O.A. BECKLUND, 'introduction
to Optical
Transfer Function", W., 1989,
John Wiley &
Sons.
[6]. J.C.H. Spence
and J.M. Zuo, "Electron
Microdiffraction",
1992, New York -London, PlenumPress.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar